Kisah tentang Pekerja Kantoran yang Pindah Kuadran menjadi Juragan

Diam-diam sebenarnya banyak pekerja kantoran – bahkan yang sudah mapan – yang berhasrat membangun usaha sendiri. Kejenuhan menjalani rutinitas masuk kantor jam 8 pagi dan pulang jam 5 sore (kadang hingga jam 8 malam) mungkin menjadi salah satu pemicu (belum lagi jika suasana kantor yang suka bikin bete).

Potensi penghasilan yang lebih mak nyus juga membuat banyak pekerja kantoran pengin buka bisnis sendiri (ya, daripada lelah nunggu kenaikan gaji yang entah kapan datangnya. Pas udah datang, naiknya cuman 4 %. Doh #kepala mendadak puyeng mikirin biaya hidup yang makin mahal#).

Namun proses pindah kuadran dari pekerja kantoran menjadi juragan ternyata bukan hal yang mudah. Disana ada bentangan perjalanan yang berliku nan terjal. Nah di pagi yang cerah ini, kita mau menikmati sepotong kisah tentang anak muda yang berjibaku menjahit impiannya : mimpi pekerja kantoran yang ingin menjadi juragan.

Jreng, jreng. Anda semua sudah siap menikmati sajian renyah ini? Continue reading

Karl Marx dan Gagasan tentang Penindasan Karyawan Perusahaan

Karl Marx tak pelak merupakan salah satu tokoh intelektual penting yang pernah muncul dalam panggung sejarah pemikiran modern. Setiap karyawan di dunia mestinya harus berterima kasih pada gagasannya. Gairah pembelaanya untuk membangun martabat karyawan dan pekerja terus bergema hingga hari ini.

Kini, ketika dunia makin riuh rendah dengan dinamika bisnis global, pemikiran Karl Marx terasa justru makin relevan.

Di Senin pagi yang cerah ini, saya mau menyajikan hidangan lezat berupa pembelaan Karl Marx terhadap kaum karyawan perusahaan. Di-racik dengan penuh kerenyahan, Anda pasti akan segera merasakan : betapa mak-nyus nya gagasan tokoh sosialisme dunia itu. Apalagi kalau Anda menikmati sajian ini dengan ditemani secangkir Frappucino Caramel. Hmm. Continue reading

Bias dan Judgment Error dalam Penilaian Kinerja Karyawan

Setiap tahun hampir setiap perusahaan melakukan proses penilaian kinerja karyawannya. Sebuah proses yang mestinya dilakoni dengan penuh seksama. Sebab tanpa proses penilaian kinerja yang jitu untuk mengukur prestasi setiap karyawannya, maka perusahaan itu bisa tergelincir menjadi semacam paguyuban abal-abal. Mereka tidak pernah tahu siapa yang bagus dan siapa yang berkinerja buruk.

Cuma soalnya, proses penilaian itu acapkali berlangsung secara misterius, gelap dan pekat dengan aroma subyektivitas. Bicara mengenai nuansa subyektivitas ini, memang kita semua ini rentan dengan apa yang disebut sebagai decision making error – apalagi kalau menyangkut penilaian terhadap orang lain. Kita mudah tergelincir dalam beragam bias dan error yang setiap saat menyelinap ke dalam ruang batin kita.

Apa saja jenis judgement error itu, kita akan mendikusikannya secara renyah di pagi ini. Continue reading

Mission Statement yang akan Menggebrak Hidup Anda

Vision and mission statement. Ini adalah sebuah slogan yang acap dipasang di dinding-dinding kantor perusahaan. Visi dan misi itu dipasang besar-besar untuk menunjukkan mimpi besar yang ingin diraih oleh sebuah organisasi, dan juga ke arah mana mereka akan bergerak.

Sayangnya, pernyataan visi dan misi itu banyak yang ditulis dengan garing nan membosankan. Tak heran, jika sebuah pernyataan visi dan misi jadi terpeleset menjadi ungkapan datar yang ndak nempel di hati.

Pada sisi lain, saya melihat mission statement juga sebenarnya relevan untuk digunakan secara personal. Maksudnya, kita sebagai pribadi juga mestinya punya sebuah “personal mission statement” yang nendang dan menghujam ke ulu hati.

Pada Senin yang cerah ini, saya mau membagi kepada Anda semua tentang kisah sebuah mission statement yang telah menggemparkan dunia. Continue reading

Teror UMR – Upah Minimum Regional

Jumat lalu, saya tengah mengendarai mobil di jalan tol Cikampek – Jakarta sambil ditemani alunan musik dari gitaris Tohpati. Tiba-tiba dari arah yang berlawanan saya melihat ribuan sepeda motor melintas (di jalan tol yang bebas hambatan itu). Saya sejenak tertegun, sebelum cepat-cepat meminggirkan mobil untuk menghindar dari serbuan “pasukan sepeda motor” itu.

Saya baru sadar, para pengendara motor itu adalah para buruh di wilayah Cikarang dan Bekasi yang hendak melakukan demo. Hari itu jalan tol Cikampek – Jakarta yang merupakan urat nadi ekonomi nasional ditutup selama lebih dari 8 jam oleh ribuan buruh.

Tuntutannya satu : mereka ingin agar UMR (upah minimum regional) di daerah mereka dinaikkan menjadi 1,5 juta (dari sebelumnya sekitar 1,3 jutaan). Continue reading

Bagaimana Rasanya Bekerja di Google ?

Google kita tahu, kini telah menjadi salah satu dewa dalam bisnis digital masa depan. Google telah menjelma menjadi perusahaan raksasa dengan kinerja bisnis yang selalu prima. Apa yang membuat mereka bisa begitu? Salah satu jawabannya : manajemen Google sangat gigih memberikan layanan fasilitas yang sungguh mak nyus kepada segenap karyawannya.

Ketekunan manajemen Google dalam membentangkan a wonderful workplace memang telah menjadi legenda. Beragam layanan fasilitas yang wow di hadirkan untuk membikin para karyawannya betah dan happy.

Tentu saja kita tidak harus men-copy semua kebijakan layanan karyawan a la Google. Namun dari pengalaman mereka dalam memberikan beragam layanan fasilitas kepada para karyawannya, ada sejumlah inspirasi yang mungkin bisa dipetik.

Berangkat dari pengalaman di Google, berikut tiga jenis layanan karyawan yang mungkin bisa kita mulai gagas dan wujudkan di sejumlah perusahaan besar dan menengah di tanah air. Continue reading

Talent War dan Predatory Recruitment

Pagi itu gerimis membelah jalanan kota Jakarta. Di salah satu ruang gedung perkantoran di bilangan Sudirman, seorang CEO sebuah perusahaan finansial berdiri dengan penuh rasa masygul. Minggu lalu, 25 karyawan terbaiknya dibajak oleh perusahaan pesaing. 25 orang sekaligus dalam waktu yang sama.

Peristiwa itu sungguh membikin sang CEO shock. Di tengah target pertumbuhan bisnisnya yang dipatok tinggi, kehilangan 25 orang terbaik sungguh merupakan pukulan yang signifikan (apalagi mereka semua dibajak oleh kompetitor yang sama). Ia hanya bisa memandang sendu ke jendela kantornya yang megah. Di luar sana, langit mendung masih saja menggantung dan gerimis masih saja turun.

Selamat datang di era Talent War. Inilah sebuah era dimana beragam perusahaan bertarung dan berjibaku untuk memperebutkan karyawan dan manajer-manajer ulung. Di tengah pertempuran yang acap sengit itu, tak jarang sejumlah perusahaan tergoda untuk melakukan predatory recruitment : membajak satu batalion karyawan terbaik milik para pesaingnya. Continue reading